1. Kompas menuliskan berita berjudul “Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Sangat Tergantung China”. Data BPS, dalam kurun waktu satu dasawarsa,
menunjukkan China menduduki negara tujuan ekspor utama Indonesia dengan
bobot terbanyak dibandingkan ekspor ke Amerika Serikat dan Jepang. Pada
2005, ekspor Indonesia ke China sebanyak 18,63 juta ton. Sedangkan pada
2015 mencapai 94,18 juta ton. Adapun ekspor Indonesia ke Amerika Serikat
pada 2005 tercatat sebanyak 7,16 juta ton, dan pada 2015 stagnan di
7,20 juta ton. Sementara itu ekspor Indonesia ke Jepang pada 2005
sebesar 59,52 juta ton, dan malah turun di 2015 menjadi 47,77 juta ton.
2.
BeritaSatu menyoroti masalah petani di Indonesia, dengan menyajikan
artikel berjudul “Memberdayakan Petani dengan IT”. Data Badan Pusat
Statistik (BPS) pada Mei lalu menyebutkan, dibanding Februari 2015,
jumlah penduduk yang bekerja di Indonesia per Februari 2016 turun
sebanyak 200.000 orang dengan penurunan terbanyak terjadi di sektor
pertanian. Di Jawa Tengah, jumlah masyarakat yang bekerja di sektor
pertanian hingga periode tersebut sebanyak 5,16 juta jiwa, turun 4,21%
dibanding Februari 2015 sebanyak 5,39 juta jiwa. Penurunan itu terjadi
karena sebagian anak petani sudah tidak mau lagi bekerja seperti orang
tua mereka.
3. Republika menurunkan ulasan berita tentang data
Sakernas yang berjudul “Indonesia Miliki 12 Persen Penyandang
Disabilitas”. Kepala Tim Riset LPEM FEB Universitas Indonesia, Alin
Halimatussadiah mengestimasi bahwa jumlah penyandang disabilitas di
Indonesia sebesar 12,15 persen. Yang masuk kategori sedang sebanyak
10,29 persen dan kategori berat sebanyak 1,87 persen. Sementara untuk
prevalensi disabilitas provinsi di Indonesia, besarnya antara 6,41
persen sampai 18,75 persen. Tiga provinsi dengan tingkat prevalensi
tertinggi adalah Sumatera Barat, Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi
Selatan.
4. Republika juga menulis berita perihal perkembangan
perdagangan. Judul beritanya adalah “Analis: Investor Masih Optimistis
Terhadap Ekonomi Indonesia”. Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada
menyebutkan bahwa data ekonomi Nasional yang dirilis Badan Pusat
Statitistik (BPS) mengenai neraca perdagangan pada November 2016 yang surplus 837,8 juta dolar AS, dapat dijadikan momentum untuk akumulasi oleh sebagian pelaku pasar.